KONSEP DASAR PERAWATAN LUKA
Konsep Dasar Perawatan Luka
A. Definisi
Penyembuhan luka adalah respon tubuh
terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black,
2001).
Penyembuhan luka terkait dengan
regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan
tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama
berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang
sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
B. Etiologi
/ Penyebab Luka
Secara alamiah penyebab kerusakan
harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta
mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1.
Trauma
2.
Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
3.
Gigitan binatang atau serangga
4.
Tekanan
5.
Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
6.
Immunodefisiensi
7.
Malignansi
8.
Kerusakan jaringan ikat
9.
Penyakit metabolik, seperti diabetes
10. Defisiensi
nutrisi
11. Kerusakan
psikososial
12. Efek
obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab
dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor.
C. Jenis-jenis
luka
1. Berdasarkan
Kategori
a.
Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja,
seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah;
tidak steril
b.
Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan,
seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan
terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
2.
Berdasarkan integritas kulit
a.
Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau
membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi
b.
Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada
integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera
internal dan perdarahan
3.
Berdasarkan Descriptors
a.
Aberasi
Luka akibat gesekan kulit;
superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan
skar
b.
Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara
disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk
kulit dan jaringan di bawah kulit
c.
Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan
jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi
d. Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah
jaringan akibat pukulan tumpul; memar
4.
Klasifikasi Luka Bedah
a.
Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak
mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genitourinary,
risiko infeksi rendah
b.
Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system
gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi
c.
Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka
bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi
d. Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai
tanda-tanda infeksi
D. Klasifikasi
luka
1.
Berdasarkan penyebab
a.
Luka pembedahan atau bukan pembedahan
b.
Akut atau kronik
2.
Kedalaman jaringan yang terlibat
a.
Superficial
Hanya jaringan epidermis
b.
Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam
dermis
c.
Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari
jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas
sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang
E. Prinsip
Dasar Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses yang
komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan
individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase
hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka
untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional
keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka
dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional
keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik
membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik,
interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan
model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini
bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan
pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan luka platelet akan
bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri
akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya
rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses
tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat
(ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet
untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan
dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan
membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi
platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi
sitokin seperti ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam
waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan.
2. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase
ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan
peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik
”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4
hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses
pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s
(polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi
bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil
memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal
terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian
pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali
kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor
pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri
dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang
bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF),
faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf)
dan interleukin-1 (IL-1).
3. Proliferasi
(proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke
empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka
akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya
jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan
kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi
luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris,
dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas
yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi.
Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus
merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan
sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis.
Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk
epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana
keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum
korneum.
4. Remodeling
atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit
mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka jaringan dermal
mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast.
Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Fase penyembuhan
|
Waktu
|
Sel-sel yang berperan
|
Analogi membangun rumah
|
Hemostasis
Inflamation
Proliferation
Granulation
Contracture
Remodeling
|
Segera
Hari 1-4
Hari 4 – 21
Hari 21 – 2 tahun
|
Platelets
Neutrophils
Macrophages
Lymphocytes
Angiocytes
Neurocytes
Fibroblasts
Keratinocytes
Fibrocytes
|
Capping off conduits
Unskilled laborers to clean uap
the site
Supervisor Cell
Specific laborers at the site:
Plumber
Electrician
Framers
Roofers and Siders
Remodelers
|
Pada beberapa literatur dijelaskan
juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua komponen utama yaitu regenerasi
dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dan
jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe
penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan
proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair
terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier.
Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan
Intension primer :
1.
Fase Inisial (3-5 hari)
2.
Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel
3.
Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian
luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan
mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka berisiko
dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka
mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang tipis bermigrasi
menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka merapat.
Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5 hari.
4.
Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk
dan terjadi proses remodeling. Pergerakan miofibroblast yang aktif
menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa
ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar
yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri
daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari
trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar eksudat dan luas,
batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi
luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan
primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang
tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit bersama-sama.
Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami
infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit.
Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam
daripada intension primer atau sekunder
Makalah Perawatan Luka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Luka yang sering di temukan adalah
luka yang bersih tanpa kontaminasi,missal luka insisi yang tertutup, luka-luka
yang melibatkan saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah sekmen bawah. Oleh
karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan
luka pasca operasi.
Dalam pengkajian luka harus
memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan tempat operasi serta tampilan
perawatan luka.
Keputusan untuk membalut luka
kembali juga harus mencakup keputusan apakah kebersihan luka merupakan tindakan
yang di identifikasi. Bila luka perlu di bersihkan dan dibalut ulang perawatan
hrus dilakukan dengan teknik bersih dengan air atau normal salin. Bila luka
tampak terinfeksi perlu dilakukan rujukan.
B.
Tujuan
Perawatan luka operasi bertujuan
untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu bidan harus terampil dan
melakukan perawatan luka pasca operasi.
BAB
II
KONSEP
DASAR
A.
Pengertian
Merupakan tindakan untuk merawat
luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang ( masuk
melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.
1.
Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya
luka
2.
Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh
leukosit polimer fenuklear dan makrofag
3.
Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa
ikat dan mengifultasi luka.
4.
Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan
organisasi jaringan ikat
B.
Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
1.
Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran
darah yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel
2.
Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup.
3.
Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan,kematangan usia seseorang.
4.
Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena
kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya.
5.
Kemungkinan,obat-obatan,merokok dan stress,mempengaruhi proses penyembuhan
luka.
C.
Perawatan Luka Insisi
Luka insisi dibersihkan dengan
alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan sebagainya),lalu ditutup
dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan luka
dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan
dilonggarkan.Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka
terdapat eksudat.
D.
Penatalaksanan luka dengan eksudat :
1. Luka dengan
sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.
2. Luka dengan
eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut luka
lainnya.
3. Luka dengan
eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci hama
lainnya.
Untuk memberikan kenyamanan dan
kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai gurita.
E.
Komplikasi luka insisi
1.
Sebagai luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat sebagian
lagi dalam sejumlah sedang atau banyak akan keluar melalui
lubang-lubang(fisdel)
2.
Luka terbuka sebagian bernanah dan berinfeksi
3.
Luka terbuka seluruhnya dan usus kelihatan
–
Tempat perawatan pasca
operasi atau bedah
Setelah tindakan di kamar operasi ,
penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room) yang di lengkapi dengan
alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan penderita gawat,
segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)
–
Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama
penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup
banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi
hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.
–
Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24jam
pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi rasa
nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau
secara perinfus atau obat lainnya.
–
Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat
berguna untuk membantu jalan-jalannya penyembuhan penderita, kemajian
mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di lakukan oleh
komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.
Perubahan gerakan dan posisi yang
harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang menunggunya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah
terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau dini melakukan
mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di
anjurkan.
–
Pemberian obat-obatan
Antibiotik, kemoterapi dan
antiflamasi
Cara pemilihan dan pemberian anti
biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam satu institutepun
masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
Sebagai pedoman umum kira-kira
sebagai berikut:
1.
Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test),
pilihan antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai
obat peroral atau sebaliknya.
2.
Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan
berpedoman dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas.
3.
Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad –
Spektrum).
4.
Obat-obat pencegah perut kembung.
Untuk mencegah perut kembung dan
untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara
subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin, dan
sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut
kembung dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan
pita hasal. Boleh juga diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.
5.
Obat-obatan Lainnya.
Untuk meningkatkan vitalis dan
keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat anti inflamasi, atau
bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis.
6. Perawatan
Putih.
Setelah selesai operasi, dokter
bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau (check up) bayi
penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:
o Tekanan darah
o Jumlah nadi per menit
o Frekuensi pernafasan per
menit
o Jumlah cairan masuk dan
keluar (urine)
o Suhu badan
o Pemeriksaan lainnya menurut
jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya
dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.
F.
Peralatan dan Perlengkapan
1.
Pinset anatomi
2.
Gunting dan plester
3.
Kapas sublimar
4. Bak
instrument dan handscoon
5.
Bengkok
6.
Waskom berisi larutan klorin
7.
Kassa steril
8.
Troli
9.
Tempat tidur
10. Perlak
11. Larutan Nacl 0,9 %
12. Betadine
13. Kapas alcohol
14. Peralatan cuci tangan
G.
Prosedur Kerja
1.
Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.
2.
Siapkan bahan dan alat secara ergonomis.
3.
Pasang sampiran.
4.
Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5.
Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.
6.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
7.
Pakai sarung tangan (handscoon).
8.
Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester
dibuka.
9.
Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.
10. Kaji luka (tekan daerah
sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.
11. Bersihkan luka dengan
larutan antiseptic atau larutan gram faal.
12. Buang kasa yang telah
digunakan kedalam bengkok.
13. Keringkan luka dengan
menggunakan kassa yang baru.
14. Berikan salep antiseptic.
15. Tutup luka dengan kassa
dan memasang plester.
16. Rapikan pasien.
17. Bereskan alat.
18. Lepas sarung tangan
(masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit ).
19. Cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
20. Dokumentasikan tindakan
yang telah dilakukan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perawatan luka operasi
Merupakan tindakan untuk merawat
luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi slang ( masuk melalui
luka ) dan mempererat proses penyembuhan luka.
Proses penyembuhan luka
1.
Tahap Respon
2.
Tahap destruktif
3.
Tahap poliferatif
4.
Tahap masturbasi
Faktor –faktor yang mempengaruhiv
1.
Faskularisasi
2.
Anemia
3.
Usia
4.
Nutrisi
5.
Kegemukan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
KDPK, Yuni _ Kusumawati, S.SIT.2008.
Fitramanya. YOGYAKARTA.
KDPK Kebidanan , Musrifasul Uliyah,
A.Aiz Alimun Hidayat . 2006 , Salemba Medika Jakarta
Sinopsis Obstetri Edisi 2. PT.
Rustam Mochtari ECG. 1998 Jakarta
10 Jenis Luka dan Perawatan awalnya
(bag 2)
Melanjutkan bahasan postingan saya
yang sebelumnya, khawatirnya terlalu panjang jika digabung, makanya saya bagi
menjadi 2 bagian… yah anggep aja biar lebih dramatis lah.. sinetron aja sampe
berseason-season…
Nah kalo di postingan sebelumnya saya berusaha memperkenalkan sepuluh jenis luka (nyambung gak…???) sekarang ala saya, saya akan berusaha bercerita bagaimana sih cara menangani luka-luka tersebut…. Mengingat keterbatasan saya, bagi yang ingin mengoreksi, monggo disampaikan…
Nah kalo di postingan sebelumnya saya berusaha memperkenalkan sepuluh jenis luka (nyambung gak…???) sekarang ala saya, saya akan berusaha bercerita bagaimana sih cara menangani luka-luka tersebut…. Mengingat keterbatasan saya, bagi yang ingin mengoreksi, monggo disampaikan…
1. Vulnus laceratum (Laserasi)
Untuk jenis luka ini, harus diperhatikan dengan seksama… apakah lukanya bersih atau tidak, dalam atau dangkal, rapi atau tak beraturan (biasanya tak beraturan). Untuk skala luka yang luas dan dalam, berarti kita harus bersiap diri untuk menjahitnya… pertama, perhatikan bentuk lukanya bersih atau tidak, jika luka kotor, maka kita bersihkan terlebih dahulu dengan cairan NaCl 0,9%, jika terlalu kotor dan melekat kuat kotorannya, kita bersihkan menggunakan H2O2, karena cairan ini sangat pedih sekali, maka kita harus memberikan anastesi dulu (local menggunakan Lidokain). Setelah luka dibersihkan langkah berikutnya adalah melakukan desinfektan dengan menggunakan IODINE, jika luka lebar dan dalam maka kita harus melakukan Hecting (menjahit) agar penyembuhan luka lebih cepat, terhindar infeksi dan hasilnya baik (secara estetika lebih minim meninggalkan bekas). Jika luka dalam, maka hecting boleh berlapis-lapis, jangan menyisakan rongga di bagian dalam, karena kuman akan sangat suka tinggal disana, makanya menjahit dengan berlapis sangat dianjurkan. Biasanya luka jenis ini bentuknya tidak beraturan, oleh karena itu bisa dirapihkan sedikit dengan cara mengunting bagian-bagian yang dirasa sangat berserabut (disesuaikan bentuk lukanya).
Untuk perawatan luka VL ini adalah bentuk perawatan luka tertutup, dengan tetap menjaga sterilitas luka, untuk luka awal Ganti verban pertama bisa dilakukan 48 jam sesudah luka, tetap perhatikan tanda-tanda infeksi. Pembersihan luka bisa digunakan NaCl 0,9%, dengan tetap menjaga sterilitas.
Untuk jenis luka ini, harus diperhatikan dengan seksama… apakah lukanya bersih atau tidak, dalam atau dangkal, rapi atau tak beraturan (biasanya tak beraturan). Untuk skala luka yang luas dan dalam, berarti kita harus bersiap diri untuk menjahitnya… pertama, perhatikan bentuk lukanya bersih atau tidak, jika luka kotor, maka kita bersihkan terlebih dahulu dengan cairan NaCl 0,9%, jika terlalu kotor dan melekat kuat kotorannya, kita bersihkan menggunakan H2O2, karena cairan ini sangat pedih sekali, maka kita harus memberikan anastesi dulu (local menggunakan Lidokain). Setelah luka dibersihkan langkah berikutnya adalah melakukan desinfektan dengan menggunakan IODINE, jika luka lebar dan dalam maka kita harus melakukan Hecting (menjahit) agar penyembuhan luka lebih cepat, terhindar infeksi dan hasilnya baik (secara estetika lebih minim meninggalkan bekas). Jika luka dalam, maka hecting boleh berlapis-lapis, jangan menyisakan rongga di bagian dalam, karena kuman akan sangat suka tinggal disana, makanya menjahit dengan berlapis sangat dianjurkan. Biasanya luka jenis ini bentuknya tidak beraturan, oleh karena itu bisa dirapihkan sedikit dengan cara mengunting bagian-bagian yang dirasa sangat berserabut (disesuaikan bentuk lukanya).
Untuk perawatan luka VL ini adalah bentuk perawatan luka tertutup, dengan tetap menjaga sterilitas luka, untuk luka awal Ganti verban pertama bisa dilakukan 48 jam sesudah luka, tetap perhatikan tanda-tanda infeksi. Pembersihan luka bisa digunakan NaCl 0,9%, dengan tetap menjaga sterilitas.
2. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi disbanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit. Jadi harus lebih dipahamkan kepada pasien. Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.
Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi disbanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit. Jadi harus lebih dipahamkan kepada pasien. Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.
3. Vulnus punctum (Luka tusuk)
Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut. Oleh karena itu penangan luka jenis ini harus memungkinkan adanya aliran udara, mengingat clostridium tetani adalah bakteri anaerob. Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi…
Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut. Oleh karena itu penangan luka jenis ini harus memungkinkan adanya aliran udara, mengingat clostridium tetani adalah bakteri anaerob. Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi…
4. Vulnus contussum (luka
kontusiopin)
Luka memar tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja. Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.
Luka memar tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja. Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.
5. Vulnus insivum (Luka sayat)
Luka jenid ini biasanya tipis, maka yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.
Luka jenid ini biasanya tipis, maka yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.
6. Vulnus schlopetorum
Jika menemukan pasien seperti ini maka jelaslah ini tugasnya ruang operasi untuk menyelesaikannya.. namun jika berhadapan dengan pasien seperti ini jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.
Jika menemukan pasien seperti ini maka jelaslah ini tugasnya ruang operasi untuk menyelesaikannya.. namun jika berhadapan dengan pasien seperti ini jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.
7. Vulnus morsum (luka gigitan)
Untuk luka jenis ini anda bisa membuka postingan saya tentang ini… monggo dibuka-buka lagi…
Untuk luka jenis ini anda bisa membuka postingan saya tentang ini… monggo dibuka-buka lagi…
8. Vulnus perforatum
Ini adalah jenis luka yang tentunya hanya bisa diselesaikan di ruang khusus operasi, sehingga perawatan yang bisa kita lakukan adalah perawatan luka pasca operasi..
Ini adalah jenis luka yang tentunya hanya bisa diselesaikan di ruang khusus operasi, sehingga perawatan yang bisa kita lakukan adalah perawatan luka pasca operasi..
9. Vulnus amputatum
Sama dengan kasus diatas perawatan luka ini adalah perawatan luka pasca operasi.
Sama dengan kasus diatas perawatan luka ini adalah perawatan luka pasca operasi.
10. Vulnus combustion (luka bakar)
Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya… bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar…
Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya… bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar